Berita Update

(Terbaru)
Kegiatan Perusahaan Batu Bara.(Dok.ist)

Samarinda - Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemrov Kaltim) menegaskan komitmennya mempercepat transformasi ekonomi daerah. 

Ketergantungan yang terlalu lama pada sektor batu bara dinilai tak lagi menjamin stabilitas jangka panjang, apalagi di tengah tekanan global terhadap energi fosil dan pasar ekspor yang semakin dinamis.

Asisten III Sekretaris Daerah Kaltim, Arief Murdiyatno, menyatakan bahwa sektor pertambangan memang masih menjadi penopang utama pendapatan daerah. 

Namun, ketergantungan ini sudah mulai memunculkan risiko ekonomi serius. Terutama karena ekspor batu bara Kaltim masih didominasi oleh dua negara: Tiongkok dan India.

“Kita perlu membuka pasar baru dan tidak terus bergantung pada dua negara itu saja,” kata Arief, Sabtu (26/7/25).

Arief menjelaskan, pemerintah tengah menjajaki ekspor ke sejumlah negara alternatif seperti Vietnam, Pakistan, dan kawasan Timur Tengah. 

Namun, menurutnya, langkah yang lebih strategis adalah membangun fondasi ekonomi baru yang tidak berbasis sektor ekstraktif.

“Batu bara tidak bisa kita andalkan selamanya. Kita harus mulai membangun ekonomi dari sektor lain yang lebih berkelanjutan,” ujarnya.

Pemprov kini memfokuskan arah pembangunan ke dua sektor unggulan ekonomi biru dan ekonomi hijau. Bidang kelautan dan pertanian menjadi sasaran utama dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi baru. Beberapa komoditas lokal mulai menembus pasar ekspor seperti pisang gercek dari Kutai Timur, sabut kelapa, dan kakao.

Hilirisasi batu bara juga menjadi bagian dari strategi transisi. Produk batu bara tidak lagi dijual mentah, melainkan didorong agar diolah menjadi produk turunan yang memberi nilai tambah lebih tinggi.

Arief menambahkan, pembangunan ekonomi masa depan juga harus dibarengi dengan kepedulian terhadap lingkungan. Aktivitas pertambangan yang masih berjalan diminta tetap mematuhi prinsip keadilan ekologis.

“Kita tidak ingin sumber daya alam habis, tapi meninggalkan kerusakan bagi generasi berikutnya,” tegasnya.

Langkah ini menunjukkan bahwa Kalimantan Timur tak hanya siap meninggalkan ketergantungan terhadap batu bara, tetapi juga memiliki arah baru pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. (ADV/Diskominfo Kaltim)

Penulis : Difa/garispena.co